Candi Cetho adalah satu destinasi wisata yang menarik untuk anda kunjungi jika anda sedang berlibur ke Karanganyar.
Candi di lereng Gunung Lawu ini berada di ketinggian yang cukup tinggi. Sehingga menyebabkan suasana nya lembab dan segar khas pegunungan.
Objek wisata ini juga menyuguhkan keindahan alam hutan hujan tropis di sekitar candi nya.
Sekilas Tentang Candi Cetho
Candi Cetho merupakan nama dari sebuah bangunan candi yang didirikan oleh kerajaan Gindu. Sekarang, candi tersebut telah dibuka sebagai destinasi wisata menakjubkan dan indah.
Tempat ini buka setiap hari pukul7 pagi hingga 5 sore. Jika Anda sedang mengunjungi saudara atau liburan ke Solo, maka jangan lupa mampir sejenak.
Tempat bersejarah ini mempunyai julukan "Candi di Atas Awan", karena dibangun pada lahan dengan ketinggian di atas rata-rata di lereng Gunung Lawu. Selain itu, jalur ini juga digunakan sebagai alternatif sebelum sampai puncak tertinggi Lawu Hargo Dumillah
Lokasi Candi Cetho
Candi Cetho ini sendiri berada di Dusun Cetho, Desa Gumeng, Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah.
Tepatnya berada di titik koordinat GPS : 7° 35ʹ 30. 22ʺ S, + 111° 9ʹ 19.87ʺ E. Dan berada di lereng Gunung Lawu dengan ketinggian 1497 mdpl.
Sejarah tentang Candi Cetho
Banyak sekali peninggalan sejarah agama hindu di Indonesia. Contohnya candi sebagai tempat pemujaan umat yang beragama hindu.
Candi Cetho merupakan salah satu peninggalan sejarah yang berada di Kota Karanganyar, Jawa Tengah.
Berdasarkan penelitian reruntuhan candinya, di perkirakan Candi Cetho berusia tidak jauh dari Candi Sukuh karena lokasi nya yang berdekatan.
Dan berdasarkan penelitian arkeolog dan ilmuwan. Candi Cetho di perkirakan sudah di bangun sejak tahun 1451 – 1470 M.
Di perkirakan juga pada saat itu Candi Cetho di bangun sebagai tempat untuk melakukan ritual ruwatan dan tolak bala pada masa kekuasaan Raja Brawijaya V di Kerajaan Majapahit.
Ritual tersebut sering di lakukan karena pada saat itu Kerajaan Majapahit banyak terjadi permasalahan kerajaan dan kerusuhan.
Candi Cetho pertama kali di temukan oleh Van de Vlies, aekeolog asal Belanda pada tahun 1842.
Pada saat pertama kali di temukan, candi ini hanya terdapat 14 teras atau punden bertingkat yang memanjang dari barat ke timur. Serta sudah tertutupi dengan lumut.
Dan pada akhir tahun 1970 an Candi Cetho di perbaharui oleh Sudjono Humardani, yang merupakan asisten pribadi Soeharto.
Sudjono Humardani ini banyak mengubah stuktur asli dari Candi Cetho. Meskipun begitu konsep teras atau punden berundak masih di pertahankan.
Beberapa objek yang di perbaharui yaitu bangunan bangunan kayu di tempat pertapaan, gapura di bagian depan komplek, serta patung - patung yang di nisbatkan sebagai Phallus, Sabdapalon, Brawijaya V, Nayagenggong dan juga bangunan kubus yang berada di bagian puncak dari punden bertingkat.
Kemudian Candi Cetho mendapat penambahan lagi dari Bu Iriana, Bupati Karanganyar.
Berupa arca Dewi Saraswati yang merupakan sumbangan dari Kabupaten Ganjar yang di tempatkan di bagian timur kompleks candi.
Dan sekarang Candi Cedho terdiri dari 9 tingkatan berundak. Undakan pertama yaitu gapura masuk dan terdapat 2 arca penjaga yang di sebut dengan Nyai Geman Arum , undakan selanjutnya berupa halaman, undakan ketiga merupakan petilasan Kyai Ageng Krincingwesi
Undakan selanjutnya terdapat tatanan batu di permukaan tanah yang meggambarkan kura kura raksasa yang melambangkan penciptaan alam semesta, undakan selanjutnya terdapat arca phallus,
Dan undakan terakhir merupakan undakan tertinggi, terdapat bangunan yang berbentuk kubus yang di gunakan untuk tempat ibadah.
Larangan-larangan di Candi Cetho
Seperti kebanyakan situs bersejarah lainnya, Candi Cetho juga memiliki larangan sendiri yang tidak boleh dilakukan oleh pengunjung. Langkah ini dilakukan untuk menghindari beberapa hal yang kurang baik. Seperti halnya dibawah ini:
Harus Menggunakan Kain Motif Kotak dan Dilarang Membuatnya Kotor
Karena Candhi Cetho saat ini masih digunakan sebagai tempat ibadah umat Hindu, maka semua pengunjung wajib menggunakan kain bermotif kotak seperti layaknya batik ketika berkunjung ke kawasan Borobudur. Tapi yang harus Anda ingat, jagalah baik-baik kain tersebut dan jangan sampai kotor ataupun hilang.
Pengunjung Tidak Boleh Berfikiran Kosong
Jagalah pikiran Anda agar tetap senang ketika berada di Candi Cetho. Karena apa? Jika Anda berpikiran aneh-aneh atau pikiran Anda kosong, maka akan lebih mudah berpotensi untuk dirasuki makhluk gaib. Karena lokasi situs bersejarah seperti ini rawan terhadap kejadian mistis
Tips Berwisata di Candi Cetho
AgarAnda kuat berjalan menuju Candi Cetho dan mendapatkan manfaat saat berkunjung ke sana, maka berikut dibawah ini :
Jangan Lupa Membawa Minum
Anda jangan pernah melepaskan minuman dalam genggaman atau lupa tidak membawanya sebagai bekal perjalanan. Keberadaan air minum cukup pentik buat menghilangkan rasa hausmu.
Jangan sampai Anda mengalami dehudrasi dan pingsan, hingga Anda tidak bisa melanjutkan perjalanan karena memang medannya cukup berat dan melelahkan.
Berhentilah Ketika Cape
Sama halnya dengan membawa minuman, jika Anda sudah merasa capek sebelum sampai tujuan, maka jangan memaksakan untuk tetap melanjutkan jalan kakimu. Bersikaplah bijak dengan berhenti sebentar, agar tubuhmu tidak merasa lemas dan sakit setelah pulang dari sini.
Bawa Buku Catatan dan Kamera
Rugi rasanya ketika mengunjungi Candi Cetho, namun tidak mempunyai dokumentasi kenang-kenangan berupa foto. Maka dari itu, bawalah kamera atau smartphone dengan kualitas baik supaya hasil foto menarik jika dipadukan dengan keindahan langit di atas bangunan klasik.
Dan jangan lupa buat bawa buku catatan biar Anda paham akan sejarah Candi Cetho, proses pembuatannya, serta seluk-beluknya dengan membaca catatan sejarahnya di sana.
Wisata eksotis yang bersanding dengan mistis
Jika anda berlibur di Candi Cetho ini, pasti anda akan merasakan bagaimana perjuangannya untuk sampai ke tempat ini.
Karena lokasi nya yang sangat tinggi dan jalan nya yang berkelok kelok sehingga sulit untuk di jangkau.
Jadi jika anda berminat untuk berlibur ke Candi Cetho, pastikan bahwa kendaraan pribadi anda dalam keadaan baik dan siap untuk di bawa untuk di gunakan di jalan yang menanjak.
Namun di sisi lain, perjalanan menuju ke Candi Cetho sangatlah menarik. Karena sepanjang perjalanan anda akan di suguhkan hamparan perkebunan teh yang sangat eksotis.
Saat anda sudah sampai di Candi Cetho nya. Setelah anda membayar Harga tiket masuk nya, anda di haruskan memakai kain jarik yang mirip dengan bidak catur yang di sediakan pengurus wisata ini yang berada di dekat loket masuk .
Karena hal ini sudah menjadi tradisi dari Candi Cetho itu sendiri.
Setelah masuk ke komplek Candi Cetho anda juga akan menemukan sisi eksotis yang bersanding dengan sisi mistis di sekitar candi.
Karena sampai saat ini Candi Cetho masih di gunakan untuk acara ritual. Jika anda beruntung, pada saat berwisata di sana anda bisa berbarengan dengan ritual keagamaan yang dilakukan oleh para umat beragama hindu dan warga yang masih kejawen.
Banyak hal yang dapat diambil ketika kita berlibur ke Candi Cetho. Seperti pelajaran tentang kebudayaan yang ada dan tentang menghargai berbagai macam agama yang ada di Negara Indonesia serta aliran kepercayaannya.
Karena di harapkan saat pengunjung berwisata ke Candi Cetho dan berbarengan dengan acara ritual keagamaan. Pengunjung tidak mengganggu acara ritual tersebut.